Saturday, January 5, 2008

Sekrup - Sepatu Buaya - Tragedi Buah Apel

Sekrup

Seorang pelanggan menemukan sekrup dalam bakso yang sedang disantapnya. Ia kemudian pergi menemui penjual bakso untuk menyampaikan komplainnya.

Jawab si abang bakso, “Dengan harga bakso Cuma lima ribu rupiah permangkuk, Anda toh tak bisa berharap menemukan sebuah traktor di mangkuk bakso anda?”


Sepatu Buaya

Seorang perempuan ingin memiliki sebuah sepatu. Dia pun pergi ke toko sepatu dan kecewa karena mahalnya harga sepatu di toko itu.

“Mahal amat sih,” gerutu si perempuan.

“Iya. Soalnya ini sepatu dari buaya. Kalau ingin murah ya silahkan anda menangkap sendiri buayanya,” ketus si pemilik toko.

Terinspirasi oleh perkataan si pemilik toko, perempuan tersebut pergi kesungai besar di daerah situ sambil membawa senapan. Beberapa saat kemudian si pemilik toko datang dan terkagum-kagum melihat tiga ekor buaya mati ditumpuk di pinggir sungai. Sementara itu si perempuan terlihat berdiri di tengah sungai sedang membidikkan senjatanya ke seekor buaya lainnya.

Suara tembakan terdengar, kemudian si perempuan menyeret buaya keempat ke pinggir sungai. Sebentar kemudian ia menyumpah, “Sialan!! Yang ini juga nggak pakai sepatu!”


Tragedi Buah Apel

Seorang guru wanita sedang mengajar murid-muridnya di hari pertama masuk sekolah. Diatas papan tulis ia mencoba menggambarkan buah apel, lalu sambil membalikkan badannya ia bertanya kapada para murid,

“Siapa yang tahu gambar apa ini?”

Serentak murid menjawab,

“Pantat!”

Mendengar jawaban tersebut, sang guru lalu menangis sambil setengah berlari mencari kepala sekolah untuk mengadukan perilaku murid-muridnya.

Melihat tangisan sang guru wanita, kepala sekolah tanpa menanyakan alasannya, langsung saja menerjang masuk keruang kelas, lalu dengan emosi ia memarahi semua murid.

“Kalian sungguh berani-beraninya mempermainkan seorang guru! Apa yang kalian lakukan terhadapnya?!”

Tak ada jawaban.

Sesaat ruang kelas menjadi hening, semua murid jadi bengong.

Sang kepala sekolah kemudian menoleh kearah papan tulis. Ia semakin marah ketika melihat apa yang tergambar di papan tulis.

“Ini sudah keterlaluan, kalian bahkan berani menggambar pantat di papan tulis!”

No comments: